Kuliah Tamu “PERAN DAN KONTRIBUSI APOTEKER  DALAM PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIBIOTIK (PPRA) DI RUMAH SAKIT”

Penggunaan antibiotik secara rasional telah digencarkan 20 tahun terakhir dan masih terus ditingkatkan. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengendalikan potensi resistensi antibiotik yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu program yang menjadi perhatian di rumah sakit dan masuk dalam standar akreditasi rumah sakit yaitu program pengendalian resistensi antibiotik (PPRA). Penggunaan antibiotik secara rasional harus memenuhi 5T 1 W yaitu (Tepat Indikasi, Tepat Dosis, Tepat cara pemberian, Tepat waktu pemberian, Tepat Pasien, serta Waspada Efek Samping Obat.

Efek yang ditimbulkan akibat pemberian antibiotik yang tidak rasional tidak saja berpotensi meningkatkan resistensi obat, tapi juga berimbas pada sulitnya penyakit infeksi untuk diatasi/ disembuhkan karena antibiotik yang ada sudah tidak efektif. Mata kuliah Farmakoterapi yang diajarkan dalam program studi Sarjana Farmasi telah dikenalkan terkait golongan antibiotik, dosis, cara pemberian, indikasi pengobatan infeksi, dan monitoring serta evaluasi penggunaanya. Namun, mahasiswa juga belum memahami dengan jelas bagaimana peran apoteker di rumah sakit dalam pengendalian resistensi antibiotik serta kontribusinya. Sehingga kuliah tamu ini bermanfaat untuk mahasiswa S1 agar lebih memahami peran apoteker dalam pengendalian resistensi antibiotik di rumah sakit.

Pada Kesempatan ini, Jurusan Farmasi FIKes UNSOED pada hari Sabtu, 17 September 2022 secara daring (online) menyelenggarakan kegiatan kuliah tamu yang mengangkat topik ‘Peran dan Kontribusi Apoteker dalam Program Pengendalian Resistensi Antibiotik di Rumah Sakit (PPRA).” Materi disampaikan oleh narasumber Ibu apt. Mariyatul Qibtiyah, Sp.FRS yang berpraktek di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Ibu Mariyatul Qibtiyah biasa dipanggil dengan nama Ibu Qibti ini memiliki segudang pengalaman dalam bidang PPRA. Penyampaian materi Ibu Qibti dimoderatori oleh Ibu apt. Dewi Latifatul Ilma, M.Clin.Pharm berlangsung lancar. Sesi materi selama 3 jam dilanjutkan sesi diskusi tanya jawab mendapat perhatian baik dari mahasiswa yang hadir dalam kuliah tamu tersebut. Di akhir sesi pemaparan materi, Ibu Qibti menyampaikan bahwa Tim PPRA merupakan bentuk kolaborasi dari semua tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit yaitu dokter, apoteker, perawat, dan tenaga kesehatan penunjang lainnya. Selain keilmuan yang diperoleh di bangku kuliah, mahasiswa harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik untuk bisa berkolaborasi dalam tim sehingga program pengendalian resistensi antibiotik dapat berjalan dengan baik.

Berbekal materi dari acara kuliah tamu ini, semoga dapat menambah wawasan mahasiswa untuk menambah keilmuan kita terutama pada mata kuliah Farmakoterapi Topik Infeksi. Betapa pentingnya kita apoteker sebagai bagian dari program pengendalian resistensi antibiotik dan skill komunikasi menjadi kunci apa yang kita sampaikan bisa diterima tenaga kesehatan lain.  

Penulis : Nialiana

Narasumber : apt. Mariyatul Qibtiyah, Sp.FRS
  • Partner links